Rabu, 28 Desember 2016

Kepemimpinan dalam Pendidikan

Pembahasan
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Sekolah sebagai organisasi, didalamnya terhimpun unsur-unsur yang masing-masing baik secara perseorangan maupun kelompok melakukan hubungan kerja sama untuk mencapai tujuan. Unsur-unsur yang dimaksud, tidak lain adalah sumber daya manusia yang terdiri dari kepala sekolah, guru-guru, staf, peserta didik, dan orang tua siswa.
Kepemimpinan merupakan
bagian penting dari manajemen yaitu merencanakan dan mengorganisasi, tetapi peran utama kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Prihatin, 2013). Semua manusia adalah pemimpin, minimal pemimpin bagi dirinya sendiri, karena dalam diri manusia terdapat akal dan hati. Akal perlu dipimpin dengan baik sehingga fungsi piirnya berkembang kearah yang positif dan maslahat. Pemimpin dan kepemimpinan merupakan seni dan keterampilan seseorang dalam memanfaatkan kekuasaannya untuk mempengaruhi orang lain agar mencapai tujuan. Memimpin adalah mengerjakan niat demi tujuan tertentu, tetapi yang melaksanakan adalah orang lain. Orang yang dipimpin adalah orang yang diperintah, dipengaruhi, dan diatur oleh ketentuan yang berlaku secara formal maupun nonformal. Dengan demikian, pemimpin adalah motivator, stabilisator, katalisator, dan dinamisator organisasi.

Pengertian Kepemimpinan
Pemimpin yang dalam bahasa Inggrisnya leader adalah orang yang membawahi para pekerja dalam suatu organisasi. Pemimpin memiliki orang-orang yang dipimpin. Pemimpin diartikan juga sebagai orang yang mempunyai wewenang dalam pengambilan keputusan suatu organisasi. Pemimpin adalah subjek atau pelaku dari unsur-unsur yang terdapat dalam kepemimpinan, yaitu adanya kekuasaan, pengaruh, kekuatan, dan pemegang tanggung jawab utama bagi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh bawahannya. Meskipun tidak semua pemimpin memiliki jiwa kepemimpinan yang sama, secara timbal balik dan fungsional, kedua konsep tersebut tidak dapat dipisahkan (Thoha, 1995).
Proses pelaksanaan tugas dan kewajiban pemimpin disebut dengan kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan sifat dalam memikul tanggung jawab secara moral dan legal formal atas seluruh pelaksanaan wewenangnya yang telah didelegasikan kepada seluruh pelaksanaan wewenangnya kepada orang-orang yang dipimpinnya. Dalam lembaga pendidikan misalnya, sekolah dipimpin oleh kepala sekolah yang mendelegasikaan kepemimpinannya kepada wakil kepala sekolah atau pejabat lainnya yang berada dibawahnya. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi (Prihatin, 2013). Dalam Pancasila sila ke empat dikatakan bahwa “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.

Fungsi Kepemimpinan

Fungsi utama pemimpin adalah menjalankan kepemimpinannya dengan baik dan benar, artinya berdasarkan aturan main yang telah disepakati dan ditetapkan oleh organisasi. Fungsi utama yang dimaksudkan diantaranya:
  1. Pengelola organisasi atau pengendali utama manajemen berorganisasi. Pemimpin yang menjalankan fungsi utama adalah konseptor utama yang merumuskan visi dan misi serta tujuan organisasi, sehingga mulai perencanaan hingga pertanggungjawaban diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan.
  2. Motivator, yaitu orang yang mendorong dang memberikan dukungan penuh kepada bawahannya untuk bekerja dengan optimal.
  3. Pembuat keputusan yang akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan organisasi serta kesejahteraan para anggotanya.
  4. Penilai kerja bawahannya yang akan memberikan penghargaan bagi seluruh prestasi kerja bawahannya.
  5. Dinamisator dan katalisator organisasi, yaitu orang yang memajukan organisasi dan mengendalikan situasi dan kondisi yang akan berpengaruh terhadap kemajuan atau kemunduran organisasi.
  6. Stabilisator, yaitu orang yang mempunyai kapabilitas terkuat dalam mempertahankan eksistensi organisasi.
  7. Supervisor, yaitu yang membina, melatih mendidik, mengawasi, menilai, dan memberikan contoh kerja terbaik bagi seluruh anggota organisasi yang dipimpinnya.

Tipe-Tipe Kepemimpinan
Berdasarkan konsep, sifat, sikap dan cara-cara pemimpin tersebut melakukan dan mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan kerja yang dipimpinnya, maka kemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan kedalam empat tipe, yaitu : tipe otoriter, tipe laissez-faire, tipe demokratis dan tipe pseudo demokrasi.
1. Tipe Otoriter
     Tipe kepemimpinan otoriter disebut juga tipe kepemimpinan “authoritarian”. Dalam kepemimpinan yang otoriter, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis, atau sifat-sifat pada anggota-anggota kelompok terhadap pemimpinnya.
       2. Tipe “Laissez-faire”
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin. Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin. Struktur organisasinya tidak jelas dan kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan.
     3. Tipe Demokratis
Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota kelompoknya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha mestimulasi anggota-angotanya agar bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya ia selalu berpangkal pada kepentingaan dan kebutuhan kelompoknya, dan memperimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.
     4. Tipe Pseudo Demokratis
Tipe ini disebut juga demokratis semu atau manipulasi diplomatik. Pemimpin yang bertipe pseudo demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap otokratis.Misalnya jika ia mempunyai ide-ide, pikiran, kosep-konsep yang ingin diterapkan di lembaga yang dipimpinnya, maka hal tersebut didiskusikan dan dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan didesak agar menerima ide/pikiran/konsep tersebut sebagai keputusan bersama.

Syarat-Syarat Pemimpin Pendidikan
Untuk memangku jabatan pemimpin pendidikan yang dapat melaksanakan tugas-tugasnya dan memainkan peranannya sebagai pemimpin yang baik dan sukses, maka dituntut beberapa persyaratan jasmani, rohani dan moralitas yang baik, bahkan persyaratan sosial ekonomis yang layak.Akan tetapi pada bagianini yang akan dikemukakanhanyalahpersyaratan-persyaratan kepribadian dari seseorang pemimpin yang baik. Persyaratan-persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Rendah hati dan sederhana.
  2. Bersifat suka menolong.
  3. Sabar dan memiliki stabilan emosi.
  4. Percaya kepada diri sendiri.
  5. Jujur, adil dan dapat dipercaya.
  6. Keahlian dalam jabatan.

Adanya syarat-syarat kepemimpinan diatas menunjukan bahwa kepemimpinan bukan hanya memerlukan kesanggupan dan kemampuan saja, tetapi lebih-lebih lagi kemampuan kesediaan pemimpin.

Keterampilan yang Harus dimiliki Pemimpin Pendidikan
Seorang pemimpin harus mempunyai keterampilan. Di bawah ini akan diuraikan beberapa keterampilan yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin pendidikan. Keterampilan-keterampilantersebut adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan dalam Memimpin
Pemimpin harus menguasai cara-cara kepemimpinan, memiliki keterampilan memimpin supaya dapat bertindak sebagai seorang pemimpin yang baik. Untuk hal itu antara lain ia harus menguasai bagaimana caranya : menyusun rencana bersama, mengajak anggota berpartisipasi, memberi bantuan kepada anggota kelompok, memupuk “morale” kelompok, bersama-sama membuat keputusan, menghindarkan “working on the group” dan “working for the group” dan mengembangkan “working within the group”, membagi dan menyerahkan tanggungjawab, dan sebagainya.Untuk memperoleh keterampilan di atas perlu pengalaman, dan karena itu pemimpin harus benar-benar banyak bergaul, bekerjasama, dan berkomunikasi dengan orang yang dipimpinnya.Yang penting jangan hanya tahu, tetapi harus dapat melaksanakan.
      2.  KeterampilandalamHubunganInsani
             Hubungan insani adalah hubungan antar manusia. Ada dua macam hubungan yang bisa kita hadapi dalam kehidupansehari-hari: (1) hubungan fungsional atau hubungan formal, yaitu hubungan karena tugas resmi atau pekerjaan resmi; dan (2) hubungan pribadi atau hubungan informal atau hubungan personel, ialah hubungan yang tidak didasarkan atas tugas resmi atau pekerjaan, tetapi lebih bersifat kekeluargaanYang menjadi inti dalam hubungan ini, apakah itu hubungan fugsional atau hubungan personal, adalah saling menghargai. Bawahan menghargai atasan dan sebaliknya atasanpun harus menghargai bawahan.
      3. Keterampilandalam Proses Kelompok
    Maksud utama dari proses kelompok ialah bagaimana meningkatkan partisipasi anggota-anggota kelompok setinggi-tingginya sehingga potensi yang dimiliki para anggota kelompok itu dapat diefektifkan secara maksimal. Inti dari proses kelompok adalah hubungan insani dan tanggungjawab bersama. Pemimpin harus jadi penengah, pendamai, moderator dan bukan menjadi hakim.
       4. Keterampilan dalam Administrasi Personil
Administrasi personil ini mencakup segala usaha untuk menggunakan keahlian dan kesanggupan yang dimiliki petugas-petugas secara efektif dan efisien.Kegiatan dalam administrasi personil adalah seleksi, pengangkatan, penenpatan, penugasan, orientasi, pengawasan, bimbingan, dan pengembangan serta keejahteraan sosial. Menemukan yang paling penting dari kegiatan di atas ialah kegiatan seleksi dalam memilih orang yang paling sesuai dengan tugas dan pekerjaannya yang berpedoman pada “the right man in the right place”.
         5. Keterampilan dalam Menilai
Penilaian atau evaluasi ialah suatu usaha untuk mengetahui sampai di mana suatu kegiatan sudah dapat dilaksanakan atau sampai di mana suatu tujuan sudah dicapai. Yang dinilai biasanya ialah ; hasil kerja, cara kerja dan orang yang mengerjakannya. Adapun teknik dan prosedur evaluasi ialah menentukan tujuan penilaian, menetapkan norma/ukuran yang akan dinilai, mengumpulkan data-data yang dapat diolah, menurut kriteria yang ditentukan, pengolahan data, dan menyimpulkan hasil penilaian.
Melalui evaluasi, guru dapat dibantu dalam menilai pekerjaannya sendiri, mengetahui kekurangan dan kelebihannya. Selain guru, personil lainnyapun perlu dievaluasi seperti petugas (karyawan) tata usaha, petugas BK, dan sebagainya, untuk mengetahui kemajuan/kekurangannya.

Kesimpulan
Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk memepngaruhi perlikau orang lain didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilakukan.
Tugas pemimpin dalam kepemimpinannya meliputi, menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok, dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai, meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa ynag menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan. Pemimpin yang profesional adalah pemimpin yang memahami akan tugas dan kewajibannya, serta dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapainya tujuan bersama yang telah ditetapkan.

Daftar Pustaka

Burhanudin. (1994). Analisis Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Malang: Bumi  Aksara.
Hikmat. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Mulyasa, E. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sagala, S. (2005). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.
Suherman, M. (1986). Pengembangan Sarana Belajar. Jakarta: Karunia.
Suryosubroto. (2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutisna, O. (1983). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.
Thoha, M. (1995). Kepemimpinan dalam Manajemen: Suatu Pendekatan Perilaku. Jakarta:          PT Raja Grapindo Persada.
Ukas, M. (1999). Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi. Bandung: Ossa Promo.
Prihatin, T. (2013). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.
Wahjosumidjo. (1995). Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar