Rabu, 14 Desember 2016

Komponen Pendidikan Siswa Ideal di Summerhill School

oleh
Kartikha Eka Wardani
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang


Siswa-siswi di Summerhill School
  
Pendahuluan
            Pendidikan merupakan komponen terpenting di dalam kehidupan manusia. Pendidikan berguna untuk mendewasakan akal dan pikiran tiap individu sehingga sangat dibutuhkan pada diri manusia. Pentingnya suatu pendidikan bagi tiap individu ini memacu adanya keberagaman aliran pemikiran yang mempengaruhi pendidikan sehingga muncullah banyak aliran filsafat pendidikan.
            Penerapan dari tiap aliran filsafat yang beragam tersebut mempengaruhi sistem dari pendidikan suatu Negara, tergantung pada aliran yang dipilih. Sistem Pendidikan di Indonesia yang masih terasa kaku dan kurang fleksibel menjadi suatu masalah tersendiri bagi kemajuan Pendidikan di Indonesia. Banyaknya pelajaran yang diajarkan di sekolah membuat banyak murid yang terbebani sehingga melakukan banyak hal untuk mengalihkannya dari beban tanggungan pelajran tersebut.
            Salah satu contoh sekolah yang tidak menitikberatkan pada banyaknya pelajaran didalam kelas adalah Summerhill School. Seperti tinjauan yang telah dibuat terhadap komponen pendidikan di Summerhill School itu sendiri, salah satu komponen penting di dalam pendidikan adalah Siswa. Siswa merupakan subjek pendidikan yang ikut terlibat di dalam pembelajaran.

            Dengan adanya tinjauan tentang Siswa di dalam Summer School lebih lanjutnya akan dipaparkan mengenai konsepsi mengenai siswa ideal, keunggulan dan kelemahan siswa di Summerhill School serta Kontekstualitasnya siswa ideal pada penerapan pendidikan di Indonesia.

Pembahasan
            Summerhill School merupakan sebuah sekolah yang membebaskan. Sekolah ini didirikan oleh Alexander Sutherland Neill pada tahun 1921 di Jerman dan kemudian dipindahkan ke Inggris. Di Summerhill siswa-siswinya diperbolehkan untuk hidup sesukanya. Mereka diberi kebebasan untuk menentukan pilihannya mau mengikuti pelajaran atau mangkir dari pelajaran tersebut selama tidak mengganggu orang lain. Summerhill menerapkan sistem asrama yang mewajibkan siswa-siswinya untuk tinggal disana. Sebagian anak yang tinggal di Summerhill berusia lima tahun, dan sebagian lagi paling tua berumur dua belas tahun. Mereka umumnya tinggal di Summerhill sampai menginjak usia enam belas tahun. Dimana pada usia tersebut merupakan fase pertumbuhan diri tiap individu dari anak-anak ke remaja. Umumnya para pengguhi Summerhills ini adalah mereka yang berusia anak-anak.
            “Dua kata yang peling pas untuk melukiskan Summerhill adalah anak-anak – A. S. Neill (hal. 41).”
            Begitulah kalimat yang dikutip dari buku Summerhill School-terjemahan. Anak-anak akan dikelompok-kelompokkan menurut usia mereka dengan satu orang wali asrama untuk setiap kelompok. Umumnya anak-anak yang berusia muda akan ditempatkan di sebuah gedung sedangkan anak-anak yang lebih tua akan ditempatkan pada pondok-pondok untuk menghindarkan mereka dari keberisikan ulah anak-anak yang lebih muda. Mereka tidak diawasi dan dijaga, mereka dibiarkan melakukan hal sesuka mereka seperti mengenakan pakaian sesuka mereka tanpa adanya paksaan.
            Konsep pembelajaran di Summerhill School yang membebaskan semua siswa-siswinya dalam pembelajaran maupun berpakaian tak ayal menjadikannya bahan pembicaraan yang hangat di kalayak ramai. Banyak orang yang menyebutkan bahwa Summerhill School merupakan sekolah yang tidak kompeten dalam mendidik anak, namun hal itu dapat dibantahkan oleh pemikiran dari Neill sendiri.
            “Summerhill mulanya merupakan sekolah percobaan, tetapi sekarang tak demikian lagi. Kini sekolah ini telah menjadi sekolah pembuktian, karena berhasil membuktikan bahwa kebebasan dapat dipraktikkan – A. S. Neill (hal 42).”
            Summerhill berupaya menciptakan sekolah yang membiarkan anak-anaknya untuk bebas menjadi diri mereka sendiri. Sehingga tidak ada ketertiban, arahan, anjuran, pengajaran moral maupun pengajaran agama yang diterapkan disana. Yang dibutuhkan untuk menciptakan anak-anak yang bebas adalah keyakinan bahwa anak-anak merupakan makhluk baik, yang memiliki sifat sifat-bawaan bijaksana dan realitas yang nantinya tiap anak akan berkembang sesuai dengan sifat-bawaaannya tersebut. Summerhill hanya tempat untuk mengalokasikan sifat-sifat bawaan tersebut untuk lebih dimengerti tiap-tiap anak.
            Selain menerapkan praktek yang membebaskan Summerhill juga menerapkan konsep swakelola, sekolah yang demokratis. Segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan bersama atau kelompok, termasuk hukuman akan diputuskan melalui voting yang digelar pada Rapat Umum yang diadakan tiap malam minggu. Di dalam rapat umum tersebut pemimpin adalah anak-anak dari Summerhill yang akan dipilih secara acak. Hal ini dilakukan untuk memperkuat praktik demokratis bahwa semua anak-anak dan staf yang mengajar memiliki posisi yang sama dimata hukum (Rapat Umum).
            “Tugas anak adalah melakoni hidup dengan kehidupannya sendiri bukan menurut orang tuannya yang cemas, mesti dia jalani, bukan pula kehidupan yang sesuai dengan tujuan ahli pendidikan yang merasa tahu apa yang terbaik bagi anak. Semua campur tangan dan petunjuk orang dewasa ini hanya akan menghasilkan generasi robot – A. S. Neill (hal. 56).”
            Praktik Summerhill umumnya ingin menjadikan anak menjadi pribadi yang mandiri yang sesuai degan sifat alamiah tiap anak tanpa harus berpura-pura. Disana akan dikembangkan sifat-sifat dasar yang nantinya akan berguna bagi anak-anak.

Latar Belakang Konsep Siswa Ideal
            Konsep sekolah formal yang dahulu dipakai adalah sekolah yang mewajibkan siswa-siswinya untuk patuh pada peratura yang telah dibuat. Sekolah yang menyuruh anak-anak aktif sekedar duduk di bangku untuk mendengarkan pelajaran-pelajaran kurang berguna itu adalah sekolah yang buruk. Sekolah semacam ini hanya baik bagi orang-orang yang percaya pada kebaikan sekolah tersebut, yaitu bagi mereka yang kreatif dan mengiginkan anak-anak mereka patuh terhadap segala aturan yang ada.
            Umumnya sekolah yang seperti itu akan membebani anak-anak dalam perkembangannya di masa pertumbuhan. Terlalu banyaknya pelajaran yang mereka harus terima ditambah banyaknya aturan-atura sepele yang mengekang mereka, membuat mereka merasa kesal dan terbebani dengan segala tuntutan yang diarahka padanya. Hal itu sangat bertolak belakang dengan konsepsi aliran filsafat progresivisme yang menganggap bahwa pendidikan harus terpusat pada anak (child Centered) bukanya memfokuska pada guru atau bidang muatannya (Sadulloh, 2014).
            “Saat saya dan istri pertama saya mulai mendirikan sekolah ini, kami hanya punya satu ide pokok : membuat sekolah ini cocok dengan aak-anak- bukannya membuat anak-anak cocok dengan sekolah – A. S. Neill (hal. 43).”

Keunggulan dan Kelemahan Konsep Siswa Ideal
            Setiap konsepsi penerapan suatu aliran pendidikan pasti memiliki keunggulan dan kelemahan. Dan di dalam Praktik Summerhill School ini, umunnya terdapat banyak keunggulan yang diperoleh khususnya bagi para siswa yang belajar di Summerhill.
            Kelebihan dari Summerhill School ini adalah mengetahui bahwa anak-anak disini hidup bebas dan sehat karena kehidupan mereka tidak terkotori oleh rasa takut dan benci (Neill, 2007: 42).
            Terbukti dengan ketidakadaannya aturan atau tata tertib yang harus mereka turuti serta tuntutan pelajaran yang harus mereka dengarkan setiap harinya. Mereka hidup bebas dan sejahtera dengan cara mereka sendiri. Di dalam Summerhill School banyak fasilitas memadai yang akan menunjang setiap keterampilan yang dimiliki anak-anak. Antara lain bengkel kerja, kolam renang, teater, laboratorium, ruang kesenian, alat musik, perpustakaan dan ladang. Dengan adanya sarana yang menunjang diyakini bahwa anak-anak akan merasa nyaman di dalam pembelajaran yang mereka lakukan dengan pemilihan sendiri tanpa adanya unsur paksaan.
            “Kami tak pernah mendorong mereka mengerjakan apa pun, sungguh. Kami suka melihat mereka bermain petualangan dan pertandingan-pertandingan khayalan – A. S. Neill (hal. 95).”
            Inilah konsep pembelajaran yang menjadi keunggulan di Summerhill School dimana anak-anak tidak dipaksa melakukan sesuatu yang mereka tidak suka. Tapi mereka bisa melakukan dan memilih pelajaran yang mereka kuasai dan sukai.
            Kelemahan konsep siswa ideal menurut Summerhill sendiri adalah adanya omongan-omongan dari orang-orang diluar Summerhill yang menyebutkan bahwa praktik konsep ini menjadikan anak-anak tak terurus dan liar.
            Koran-koran menyebutnya “sekolah sesukamu” yang menyiratkan pengertian bahwa sekolah ini sekedar kumpulan anak primitif dan liar yang tak kenal aturan dan tata krama (Neill, 2007: 42).

Kontekstualisasi Konsep Siswa Summerhill terhadap Pendidikan Indonesia Sekarang
            Penerapan konsep siswa yang ideal menurut Summerhill umumnya sangat bagus jika diterapkan di Negara-negara maju yang pemahaman tentang penerapan aturan dan pemberian materi pembelajaran tidak begitu ketat. Namun jika konsep ini diterapkan di Indonesia senyatanya tidak akan begitu berhasil. Karena sistem pendidikan di Indonesia yang menjunjung tinggi peraturan yang telah dibuat untuk selalu dipatuhi serta sistem pengelolaan yang masih dipegang oleh pemerintah pusat.
            Umumnya siswa menurut pendidikan yang ada di Indonesia harus mematuhi setiap aturan yang diberlakukan di sekolahnya yang menuntut siswa tidak dapat bergerak bebas semau mereka. Pemilihan pembelajaran atau materi yang diputuskan oleh dinas pendidikan tanpa menanyakan kesanganggupan para siswa menerima materi tersebutpun- senyatanya sangat membebani siswa. Mereka tidak bisa memanfaatkan masa anak-anak mereka untuk lebih banyak bermain dari pada belajar,
            Konsep belajar di summerhill yang mengajarkan siswa belajar melalui setiap percobaan yang mereka lakukan bukannya dari materi yang mereka dapatkan belum bisa diterapkan jika kurikulum dan sistem pendidikan di Indonesia masih kaku dan mengacu pada hal-hal yang pada umumnya bersifat teori daripada praktik.
            “Kami di Summerhill sengaja membiarkan anak-anak jadi diri mereka sendiri sehingga kita akan tahu seperti apa senyatanya mereka. Inilah satu-satunya cara yang tepat dalam mengasuh dan mendidik anak-anak – A. S. Neill (hal.123).”
            Siswa yang ideal di Summerhill adalah anak-anak yang melakukan apapun kegiatan yang mereka sukai selama mereka tidak merasa terbebani senyatanya kurang tepat jika di terapkan di Indonesia sekarang ini. Bukan berarti tidak bisa diterapkan namun belum bisa diterapkan karena sistem pendidikan Indonesia yang masih terpaku pada teori dari kurikulum yang telah dibuat oleh dinas terkait. Sehingga nantinya jika konsep siswa yang ideal Summerhill ini diterapkan di Indonesia maka akan membuat masalah baru dengan tidak diberlakukannya kurikulum yang kaku tersebut.

Penutup
            Anak-anak merupakan makhluk yang lahir dengan duniannya sendiri sehingga lingkungan disekitarnya terkdang berusaha bagaimana agar dapat masuk ke dalam dunia anak, bukan anak yang harus dan dipaksa masuk ke dunia orang dewasa yang tidak sesuai dengan anak-anak. Sedangkan siswa merupakan salah satu komponen penting di dalam pendidikan. Senyatanya anak-anak dan murid adalah sama. Mereka memiliki tugas sama yaitu belajar. Namun kadang mereka harus dijejali dengan berbagai tuntuan materi yang wajib mereka pahami atau serentetan rumus yang harus mereka hafal.
            Hal itu menyebabkan terbentuknya siswa yang menanggu beban materi yang banyak sehingga menyebabkan mereka kekurangan masa anak-anak mereka untuk bermain. Mereka akan mengimplementasikan beban yang mereka anggap berat itu ke dalam sifat-sifat yang negative dengan melawan aturan-aturan yang telah dibuat atau membangkang dari tugas-tugas yang telah diberikan guru di sekolah. Konsep siswa yang seperti itu sangatlah buruk bagi kelangsungan pendidikan.
            Salah satu konsep siswa yang ideal menurut Summerhill adalah mereka (anak-anak) yang mampu menjadi diri mereka sendiri tanpa terikat dengan aturan ataupun beban pelajaran yang harus mereka dengarkan setiap harinya. Konsep ini menjadikan anak-anak pribadi yang kritis dan lebih percaya diri dengan melakukan apapun yang menurut mereka kuasai sehingga menimbulkan rasa bahagia di dalam hati mereka. Hal ini akan mendorong terbentuknya siswa-siswi yang ideal yang akan dapat memajukan pendidikan.

Daftar Pustaka

Neill, A. S. (2007). Summerhill School "Pendidikan Alternatif yang Membebaskan". Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Sadulloh, Uyoh. (2010). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar