Pendidikan
merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat
berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran
normatif. Sekolah sebagai organisasi, didalamnya terhimpun unsur-unsur yang
masing-masing baik secara perseorangan maupun kelompok melakukan hubungan kerja
sama untuk mencapai tujuan. Unsur-unsur yang dimaksud, tidak lain adalah sumber
daya manusia yang terdiri dari kepala sekolah, guru-guru, staf, peserta didik,
dan orang tua siswa.
Kepemimpinan
merupakan
bagian penting dari manajemen yaitu merencanakan dan mengorganisasi,
tetapi peran utama kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Prihatin, 2013). Semua manusia adalah pemimpin,
minimal pemimpin bagi dirinya sendiri, karena dalam diri manusia terdapat akal
dan hati. Akal perlu dipimpin dengan baik sehingga fungsi piirnya berkembang
kearah yang positif dan maslahat. Pemimpin dan kepemimpinan merupakan seni dan
keterampilan seseorang dalam memanfaatkan kekuasaannya untuk mempengaruhi orang
lain agar mencapai tujuan. Memimpin adalah mengerjakan niat demi tujuan
tertentu, tetapi yang melaksanakan adalah orang lain. Orang yang dipimpin
adalah orang yang diperintah, dipengaruhi, dan diatur oleh ketentuan yang
berlaku secara formal maupun nonformal. Dengan demikian, pemimpin adalah
motivator, stabilisator, katalisator, dan dinamisator organisasi.
Pengertian Kepemimpinan
Pemimpin
yang dalam bahasa Inggrisnya leader
adalah orang yang membawahi para pekerja dalam suatu organisasi. Pemimpin
memiliki orang-orang yang dipimpin. Pemimpin diartikan juga sebagai orang yang
mempunyai wewenang dalam pengambilan keputusan suatu organisasi. Pemimpin
adalah subjek atau pelaku dari unsur-unsur yang terdapat dalam kepemimpinan,
yaitu adanya kekuasaan, pengaruh, kekuatan, dan pemegang tanggung jawab utama
bagi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh bawahannya. Meskipun tidak semua
pemimpin memiliki jiwa kepemimpinan yang sama, secara timbal balik dan fungsional,
kedua konsep tersebut tidak dapat dipisahkan (Thoha, 1995).
Proses pelaksanaan tugas dan kewajiban pemimpin
disebut dengan kepemimpinan. Kepemimpinan
merupakan sifat dalam memikul tanggung jawab secara moral dan legal formal atas
seluruh pelaksanaan wewenangnya yang telah didelegasikan kepada seluruh
pelaksanaan wewenangnya kepada orang-orang yang dipimpinnya. Dalam lembaga
pendidikan misalnya, sekolah dipimpin oleh kepala sekolah yang mendelegasikaan
kepemimpinannya kepada wakil kepala sekolah atau pejabat lainnya yang berada
dibawahnya. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau
memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan
organisasi (Prihatin, 2013). Dalam Pancasila sila ke empat dikatakan bahwa
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan”.
Fungsi Kepemimpinan
Fungsi
utama pemimpin adalah menjalankan kepemimpinannya dengan baik dan benar,
artinya berdasarkan aturan main yang telah disepakati dan ditetapkan oleh
organisasi. Fungsi utama yang dimaksudkan diantaranya:
- Pengelola organisasi atau pengendali utama manajemen berorganisasi. Pemimpin yang menjalankan fungsi utama adalah konseptor utama yang merumuskan visi dan misi serta tujuan organisasi, sehingga mulai perencanaan hingga pertanggungjawaban diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan.
- Motivator, yaitu orang yang mendorong dang memberikan dukungan penuh kepada bawahannya untuk bekerja dengan optimal.
- Pembuat keputusan yang akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan organisasi serta kesejahteraan para anggotanya.
- Penilai kerja bawahannya yang akan memberikan penghargaan bagi seluruh prestasi kerja bawahannya.
- Dinamisator dan katalisator organisasi, yaitu orang yang memajukan organisasi dan mengendalikan situasi dan kondisi yang akan berpengaruh terhadap kemajuan atau kemunduran organisasi.
- Stabilisator, yaitu orang yang mempunyai kapabilitas terkuat dalam mempertahankan eksistensi organisasi.
- Supervisor, yaitu yang membina, melatih mendidik, mengawasi, menilai, dan memberikan contoh kerja terbaik bagi seluruh anggota organisasi yang dipimpinnya.
Tipe-Tipe Kepemimpinan
Berdasarkan
konsep, sifat, sikap dan cara-cara pemimpin tersebut melakukan dan
mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan kerja yang dipimpinnya,
maka kemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan kedalam empat tipe, yaitu :
tipe otoriter, tipe laissez-faire, tipe demokratis dan tipe pseudo demokrasi.
1. Tipe Otoriter
Tipe kepemimpinan otoriter disebut
juga tipe kepemimpinan “authoritarian”. Dalam kepemimpinan yang
otoriter, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota
kelompoknya. Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau
menimbulkan sifat apatis, atau sifat-sifat pada anggota-anggota kelompok
terhadap pemimpinnya.
2. Tipe “Laissez-faire”
Dalam tipe kepemimpinan ini
sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya
berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak memberikan kontrol dan
koreksi terhadap pekerjaan bawahannya. Pembagian tugas dan kerja sama
diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk atau saran-saran dari
pemimpin. Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga semata-mata disebabkan
karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena
pengaruh dari pemimpin. Struktur organisasinya tidak jelas dan kabur, segala
kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan.
3. Tipe Demokratis
Pemimpin yang bertipe demokratis
menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin
di tengah-tengah anggota kelompoknya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha
mestimulasi anggota-angotanya agar bekerja secara produktif untuk mencapai
tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya ia selalu berpangkal pada
kepentingaan dan kebutuhan kelompoknya, dan memperimbangkan kesanggupan serta
kemampuan kelompoknya.
4. Tipe Pseudo Demokratis
Tipe ini disebut juga demokratis
semu atau manipulasi diplomatik. Pemimpin yang bertipe pseudo demokratis hanya
tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap
otokratis.Misalnya jika ia mempunyai ide-ide, pikiran, kosep-konsep yang ingin
diterapkan di lembaga yang dipimpinnya, maka hal tersebut didiskusikan dan
dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian
rupa sehingga pada akhirnya bawahan didesak agar menerima ide/pikiran/konsep
tersebut sebagai keputusan bersama.
Syarat-Syarat Pemimpin Pendidikan
Untuk
memangku jabatan pemimpin pendidikan yang dapat melaksanakan tugas-tugasnya dan
memainkan peranannya sebagai pemimpin yang baik dan sukses, maka dituntut
beberapa persyaratan jasmani, rohani dan moralitas yang baik, bahkan
persyaratan sosial ekonomis yang layak.Akan tetapi pada bagianini yang akan
dikemukakanhanyalahpersyaratan-persyaratan kepribadian dari seseorang pemimpin
yang baik. Persyaratan-persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:
- Rendah hati dan sederhana.
- Bersifat suka menolong.
- Sabar dan memiliki stabilan emosi.
- Percaya kepada diri sendiri.
- Jujur, adil dan dapat dipercaya.
- Keahlian dalam jabatan.
Adanya
syarat-syarat kepemimpinan diatas menunjukan bahwa kepemimpinan bukan hanya
memerlukan kesanggupan dan kemampuan saja, tetapi lebih-lebih lagi kemampuan
kesediaan pemimpin.
Keterampilan yang Harus dimiliki Pemimpin Pendidikan
Seorang
pemimpin harus mempunyai keterampilan. Di bawah ini akan
diuraikan beberapa keterampilan yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin
pendidikan.
Keterampilan-keterampilantersebut adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan dalam Memimpin
Pemimpin harus menguasai cara-cara
kepemimpinan, memiliki keterampilan memimpin supaya dapat bertindak sebagai
seorang pemimpin yang baik. Untuk hal itu antara lain ia harus menguasai
bagaimana caranya : menyusun rencana bersama, mengajak anggota berpartisipasi,
memberi bantuan kepada anggota kelompok, memupuk “morale” kelompok,
bersama-sama membuat keputusan, menghindarkan “working on the group” dan
“working for the group” dan mengembangkan “working within the group”,
membagi dan menyerahkan tanggungjawab, dan sebagainya.Untuk memperoleh
keterampilan di atas perlu pengalaman, dan karena itu pemimpin harus
benar-benar banyak bergaul, bekerjasama, dan berkomunikasi dengan orang yang
dipimpinnya.Yang penting jangan hanya tahu,
tetapi harus dapat melaksanakan.
2. KeterampilandalamHubunganInsani
Hubungan insani adalah hubungan antar manusia. Ada dua macam hubungan yang
bisa kita hadapi dalam kehidupansehari-hari: (1) hubungan
fungsional atau hubungan formal, yaitu hubungan karena tugas resmi atau
pekerjaan resmi; dan (2) hubungan pribadi atau hubungan informal atau hubungan
personel, ialah hubungan yang tidak didasarkan atas tugas resmi atau pekerjaan,
tetapi lebih bersifat kekeluargaan. Yang menjadi inti dalam hubungan
ini, apakah itu hubungan fugsional atau hubungan personal, adalah saling menghargai.
Bawahan menghargai atasan dan sebaliknya atasanpun harus menghargai bawahan.
3. Keterampilandalam Proses Kelompok
Maksud utama dari proses kelompok
ialah bagaimana meningkatkan partisipasi anggota-anggota kelompok
setinggi-tingginya sehingga potensi yang dimiliki para anggota kelompok itu
dapat diefektifkan secara maksimal. Inti dari proses kelompok adalah hubungan
insani dan tanggungjawab bersama. Pemimpin harus jadi penengah, pendamai,
moderator dan bukan menjadi hakim.
4. Keterampilan dalam Administrasi Personil
Administrasi personil ini mencakup
segala usaha untuk menggunakan keahlian dan kesanggupan yang dimiliki
petugas-petugas secara efektif dan efisien.Kegiatan dalam administrasi personil
adalah seleksi, pengangkatan, penenpatan, penugasan, orientasi, pengawasan,
bimbingan, dan pengembangan serta keejahteraan sosial. Menemukan yang paling penting dari
kegiatan di atas ialah kegiatan seleksi dalam memilih orang yang paling sesuai
dengan tugas dan pekerjaannya yang berpedoman pada “the right man in the
right place”.
5. Keterampilan dalam Menilai
Penilaian atau evaluasi ialah suatu
usaha untuk mengetahui sampai di mana suatu kegiatan sudah dapat dilaksanakan
atau sampai di mana suatu tujuan sudah dicapai. Yang dinilai biasanya ialah ; hasil
kerja, cara kerja dan orang yang mengerjakannya. Adapun teknik dan prosedur evaluasi
ialah menentukan tujuan penilaian, menetapkan norma/ukuran yang
akan dinilai, mengumpulkan data-data yang dapat diolah, menurut kriteria yang
ditentukan, pengolahan data, dan menyimpulkan hasil penilaian.
Melalui evaluasi, guru dapat
dibantu dalam menilai pekerjaannya sendiri, mengetahui kekurangan dan
kelebihannya. Selain guru, personil lainnyapun perlu dievaluasi seperti petugas
(karyawan) tata usaha, petugas BK, dan sebagainya, untuk mengetahui
kemajuan/kekurangannya.
Kesimpulan
Pemimpin
pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk memepngaruhi
perlikau orang lain didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam
kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan
mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilakukan.
Tugas
pemimpin dalam kepemimpinannya meliputi, menyelami kebutuhan-kebutuhan
kelompok, dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis
dan yang benar-benar dapat dicapai, meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa
ynag menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya
merupakan khayalan. Pemimpin yang profesional adalah pemimpin yang memahami
akan tugas dan kewajibannya, serta dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik
dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa
aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan gagasannya
dalam rangka tercapainya tujuan bersama yang telah ditetapkan.
Daftar Pustaka
Burhanudin.
(1994). Analisis Manajemen dan
Kepemimpinan Pendidikan. Malang: Bumi Aksara.
Hikmat.
(2009). Manajemen Pendidikan.
Bandung: Pustaka Setia.
Mulyasa,
E. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sagala,
S. (2005). Administrasi Pendidikan
Kontemporer. Bandung: Alfabeta.
Suherman,
M. (1986). Pengembangan Sarana Belajar. Jakarta:
Karunia.
Suryosubroto.
(2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sutisna,
O. (1983). Administrasi Pendidikan Dasar
Teoritis untuk Praktek Profesional. Bandung:
Angkasa.
Thoha,
M. (1995). Kepemimpinan dalam Manajemen:
Suatu Pendekatan Perilaku. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.
Ukas,
M. (1999). Manajemen Konsep, Prinsip, dan
Aplikasi. Bandung: Ossa Promo.
Prihatin,
T. (2013). Manajemen Pendidikan.
Yogyakarta: Deepublish.
Wahjosumidjo.
(1995). Kepemimpinan Kepala Sekolah
(Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya).
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar